Archive for Oktober 2016
CASH FLOW
By : Unknown
PENGERTIAN ARUS KAS (CASH FLOW)
Arus
kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari
kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi
pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu
perusahaan selama satu periode.
Menurut
PSAK No.2 (2002 :5) Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara
kas. Laporan arus kas merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan
dan bagaimana mereka membelanjakannya. Laporan arus kas merupakan ringkasan
dari penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu
(biasanya satu tahun buku).
Laporan arus kas (cash flow) mengandung
dua macam aliran/arus kas yaitu :
1. Cash inflow
Cash inflow adalah arus kas yang terjadi
dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus
kas masuk (cash inflow) terdiri dari:
•
Hasil penjualan produk/jasa perusahaan.
•
Penagihan piutang dari penjualan kredit.
•
Penjualan aktiva tetap yang ada.
•
Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas.
•
Pinjaman/hutang dari pihak lain.
•
Penerimaan sewa dan pendapatan lain.
2. Cash out flow
Cash out flow adalah arus kas yang
terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus
kas keluar (cash out flow) terdiri dari :
•
Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik
lain-lain.
•
Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan.
•
Pembelian aktiva tetap.
•
Pembayaran hutang-hutang perusahaan.
•
Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan.
•
Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan pengeluaran lain-lain.
Laporan
arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan
pengeluaran kas dari perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan
mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan
pendanaan. Menurut PSAK No.2 (2002:9) Laporan arus kas harus melaporkan arus
kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan.
Aktivitas Operasi
Aktivitas
operasi menimburkan pendapatan dan beban dari operasi utama suatu perusahaan.
Karena itu aktivitas operasi mempengaruhi laporan laba rugi, yang dilaporkan
dengan dasar akrual. Sedangkan laporan arus kas melaporkan dampaknya terhadap
kas. Arus masuk kas terbesar dari opersi berasal dari pengumpulan kas dari
langganan. Arus masuk kas yang kurang penting adalah penerimaan bunga atas
pinjaman dan dividen atas investasi saham. Arus keluar kas operasi meliputi
pembayaran terhadap pemasok dan karyawan, serta pembayaran bunga dan pajak.
Aktivitas Investasi
Aktivitas
investasi meningkatkan dan menurunkan aktiva jangka panjang yang digunakan
perusahaan untuk melakukan kegiatannya. Pembelian atau penjualan aktiva tetap
seperti tanah, gedung, atau peralatan merupakan kegiatan investasi, atau dapat
pula berupa pembelian atau penjualan investasi dalam saham atau obligasi dari
perusahaan lain.
Pada
laporan arus kas kegiatan investasi mencakup lebih dari sekedar pembelian dan
penjualan aktiva yang digolongkan sebagai investasi di neraea. Pemberian
pinjaman juga merupakan suatu kegiatan investasi karena pinjaman menciptakan
piutang kepada peminjam. Pelunasan pinjaman tersebut juga dilaporkan sebagai
kegiatan investasi pada laporan arus kas.
Aktivitas Pendanaan
Aktivitas
pendanaan meliputi kegiatan untuk memperoleh kas dari investor dan kreditor
yang diperlukan untuk menjalankan dan melanjutkan kegiatan perusahaan. Kegiatan
pendanaan mencakup pengeluaran saham, peminjaman uang dengan mengeluarkan wesel
bayar dan pinjaman obligasi, penjualan saham perbendaharaan, dan pembayaran
terhadap pemegang saham seperti dividen dan pembelian saham perbendaharaan.
Pembayaran terhadap kreditor hanyalah mencakup pembayaran pokok pinjaman.
PENYUSUNAN DAN
PERHITUGAN CASH FLOW
Dalam menyusun Cash Flow, ada beberapa prinsip yang harus
diketahui terlebih dahulu yaitu: Cash Flow disusun dengan basis tunai (Cash
Basis). Hal ini berbeda dengan penyusunan Laporan Keuangan yang umumnya
menggunakan Accrual Basis. Pada Cash Basis:
·
Pendapatan diakui pada saat uang tunai
diterima, bukan pada saat penjualan dilakukan.
·
Biaya-biaya diakui pada saat uang tunai
dikeluarkan, bukan pada saat biaya timbul.
Sedangkan pada Accrual Basis, pendapatan dan biaya diakui
pada saat kejadian, dan hal tersebut belum tentu sama dengan waktu terjadi
perpindahan uang tunai.
Contoh:
PT. WAHID menjual barang secara kredit selama 3 bulan.
Pada Accrual Basis, penjualan dicatat pada saat barang dijual, sedangkan pada
Cash Basis, penjualan baru dicatat setelah uang diterima beberapa waktu
kemudian.
Dalam menyusun Cash Flow kita tidak memperhitungkan
biaya-biaya non kas (Non-cash Charges) seperti depresiasi dan amortisasi. Yang
diperhatikan adalah transaksi tunai saja. Dengan demikian, akibat adanya
beberapa perbedaan pencatatan, dalam bentuk jumlah Laba Bersih (Net Profit)
yang ditunjukkan dalam Income Statement sama dengan jumlah uang tunai yang
dimiliki perusahaan tersebut.
Contoh:
PT. WAHID memiliki
sistem penjualan dan pembelian yang dilakukan secara tunai. Income Statement
per akhir tahun adalah sebagai berikut:
Penjualan Bersih : Rp. 1.000
Harga Pokok
Penjualan : Rp. 800 (-)
Laba Kotor
: Rp. 200
Biaya Operasional
- Gaji/Bonus : Rp. 50
- Lain-lain : Rp. 40
- Depresiasi : Rp. 20 (+)
Rp. 110 (-)
Laba Bersih Operasional
Rp. 90
Pajak Penghasilan 30
%
Rp. 30 (-)
Laba Bersih Setelah
Pajak
Rp. 60
Dalam perhitungan Cash
Flow, kita tidak memperhitungkan biaya depresiasi sebagai biaya karena
depresiasi merupakan biaya non-kas. Dengan demikian, dari perhitungan Rugi/Laba
diatas, Cash Flow yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
Laba Bersih : Rp. 60
Depresiasi : Rp. 40 (+)
Cash flow : Rp 100
Cash Flow dapat disusun
dengan periode (interval) per tahun, per bulan, bahkan per hari. Tentu saja
semakin pendek interval yang dipakai, hasil penyusunan akan memiliki ketepatan
yang lebih tinggi. Untuk Bank, umumnya kita menggunakan interval bulanan atau
tahunan.
Format Cash Flow
Bentuk (format) cash
flow sangat bervariasi. Tidak ada satu bentuk baku yang dipakai secara umum.
Walaupun demikian, apapun bentuk yang dipakai, format Cash Flow terdiri dari
komponen-komponen berikut:
1. Saldo Awal Kas (Beginning Cash Balance)
Yaitu jumlah uang tunai
(kas) yang dimiliki perusahaan di awal periode.
2. Kas Masuk atau Penerimaan kas (Cash
Inflow)
Yaitu aliran kas yang diterima oleh perusahaan selama
waktu tertentu sesuai dengan interval perhitungan (sehari, sebulan, triwulan,
dan seterusnya). Yang dimaksud dengan Cash Flow adalah uang tunai yang
benar-benar diterima.
Beberapa contoh
komponen yang termasuk dalam Cash Flow adalah:
·
Piutang Dagang yang tertagih (Account
Receivable Collected), yaitu Piutang Dagang yang dibayar oleh pelanggan
sehubungan dengan penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan.
·
Pendapatan Bunga (Interest Income) atas
simpanan yang ada di Bank, seperti jasa giro, bunga deposito, dan lain-lain.
Pendapatan bunga mungkin juga diperoleh dari pelanggan perusahaan yang
terlambat membayar piutang dagang yang telah jatuh tempo sehingga memberikan
sejumlah kompensasi kepada perusahaan dalam bentuk bunga. Pendapatan jenis ini
dapat ditemukan di pos Other Income (pendapatan lain-lain) di Income Statement.
·
Restitusi PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
untuk para eksportir yang menggunakan bahan baku dalam negeri, yang pada saat
membeli bahan baku mereka telah membayar PPN.
·
Pengembalian Kelebihan Pph (Pajak
Penghasilan) yang telah dibayar
·
Penerimaan Uang Tunai sehubungan dengan
penjualan aktiva tetap yang dilakukan perusahaan.
·
Injeksi Dana Segar dari pemegang saham.
Misalnya adanya penambahan modal disetor, pemberian pinjaman oleh para pemegang
saham, dan lain-lain.
3. Total Kas yang Tersedia (Total Cash
Available)
Yaitu penjumlahan antara saldo awal kas dengan penerimaan
tunai periode yang bersangkutan. Saldo ini menunjukkan total uang tunai yang
dimiliki perusahaan untuk periode tersebut. Kas yang tersedia inilah yang
dipergunakan oleh perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban tunainya.
4. Kas Keluar atau Pengeluaran Kas (Cash Out
Flow)
Yaitu aliran pembayaran kas (tunai) yang dilakukan
perusahaan. Komponen ini adalah kebalikan dari Cash In Flow. Pada Cash In Flow
perusahaan menerima uang tunai, maka pada Cash Out Flow perusahaan mengeluarkan
uang tunai. Beberapa contoh komponen Cash Out Flow adalah:
·
Pembayaran Utang Dagang (Account Payable
Paid), Yaitu utang dagang yang jatuh tempo yang harus dibayar sehubungan dengan
pembelian secara kredit oleh perusahaan.
·
Biaya Margin (Margin Expense) akibat
pemakaian dana pinjaman, seperti pinjaman bank, leasing, dan lain-lain.
·
Upah Buruh (Labour Cost), misalnya untuk
industri manufaktur.
·
Biaya Operasional Tunai seperti biaya
gaji dan bonus karyawan, biaya utilitas (listrik, air, telepon), biaya
asuransi, biaya perjalanan, dan lain-lain.
·
Utang Pph yang masih harus dibayar
·
Biaya-biaya kredit seperti provisi
kredit, biaya administrasi kredit, dan lain-lain.
·
Pembelian Aktiva Tetap (Capital
Expenditure) seperti pembelian mesin-mesin, peralatan, tanah, dan bangunan, dan
lain-lain.
·
Pembayaran Deviden Tunai (Cash Dividend)
·
Pembayaran Angsuran Pokok Utang
(Principle Repayment)
5. Surplus/Defisit Kas Perusahaan (Net Cash
Surplus/Defisit)
Yaitu selisih antara total kas yang tersedia dengan Cash
Out Flow. Ada beberapa indikasi yang ditunjukkan oleh perusahaan yang memiliki
kas surplus yang cukup besar terus menerus yaitu:
·
Kemampuan membayar angsuran pokok
pinjaman (bila ada) masih cukup besar. Dalam kasus seperti ini, kita dapat
mempertimbangkan kemungkinan pemberian pinjaman yang tidak terlalu lama.
·
Jika perusahaan memiliki pinjaman jangka
pendek, kas yang surplus menunjukkan bahwa pinjaman jangka pendek tersebut
dapat dilunasi.
·
Segalanya, bila kas adalah defisit, ada
beberapa indikasi yang ditunjukkan:
·
Angsuran pokok pinjaman (bila ada)
terlalu besar. Untuk menguji hal ini, kita dapat mencoba mengeluarkan angsuran
pokok dari Cash Out Flow. Bila pengujian ini benar, kita harus memberi pinjaman
yang lebih panjang yang angsuran pokoknya per periode lebih ringan.
·
Perusahaan membutuhkan tambahan pinjaman
untuk menutup kekurangan kas tersebut.
·
Bila defisit hanya terjadi pada interval
awal, berarti terdapat kebutuhan akan grace period untuk pinjaman jangka
panjang yang diberikan. Perusahaan baru mulai dapat melakukan pembayaran
angsuran pokok pinjaman bila saldo telah menunjukkan angka positif (surplus).
6. Saldo Kas Minimum (Minimum Cash Balance)
Yaitu sejumlah uang tunai tertentu yang mengendap di
perusahaan sepanjang waktu, misalnya untuk keperluan kas kecil. Untuk pedagang
mobil bekas (used car), setiap saat harus memiliki sejumlah uang tunai agar
dapat langsung melakukan pembelian bila ada mobil yang ingin dibeli.
7. Kebutuhan Dana Tambahan (Additional
Financial Needs)
Yaitu jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup defisit
kas, Jumlah dana yang dibutuhkan ini tergantung pada besarnya saldo kas minimum
dan kondisi kas perusahaan (defisit / surplus).
·
Bila tidak ada saldo kas minimum yang
ingin dipelihara oleh perusahaan, saldo defisit kas sama dengan jumlah
kebutuhan dananya.
·
Bila ada saldo kas minimum yang harus di
jaga, dan saldo kas adalah defisit, kebutuhan dana tambahan sebesar saldo kas
minimum ditambah jumlah defisit kas.
·
Bila ada saldo kas minimum yang harus di
jaga, dan saldo kas adalah surplus, tetapi lebih kecil daripada saldo kas
minimum yang disyaratkan, kebutuhan dana tambahan adalah sebesar selisih antara
saldo kas minimum dengan saldo surplus.
·
Bila ada saldo kas minimum yang harus di
jaga, dan posisi kas adalah surplus, dimana nilai surplus di atas saldo kas
minimum, maka tidak dibutuhkan dana tambahan.
8. Saldo Kas Akhir (Ending Cash Balance)
Yaitu posisi kas di akhir periode (interval) setelah
memperhitungkan kebutuhan dana tambahan.
CONTOH CASH FLOW SUATU
USAHA SELAMA PERIODE 30 HARI, (DALAM BENTUK TABEL CASH FLOW DAN DIAGRAM CASH
FLOW)
Suatu perusahaan elektronik merencanakan untuk
menambahkan alat, guna efisiensi dalam produksi suatu rangkaian elektonik. Alat
tersebut digunakan selama satu bulan dengan biaya pengadaan sebesar Rp.
30.000.000,- . dengan biaya perawatan pada lima hari pertama dan setiap sepuluh
hari seterusnya sebesar Rp. 3.000.000,- . Keuntungan yang didapat setiap
sepuluh hari sebesar Rp. 35.000.000,- . Berapakah keuntungan total selama alat
tersebut digunakan?
Tabel Cash Flow
Diagram Cash Flow
Dari tabel dan diagram
dapat diperhitungkan total keuntungan selama memakai alat tersebut adalah :
[3 X 35.000.000] –
[30.000.000 + (6 X 3.000.000)] = 57.000.000
Jadi keuntungan yang
didapat sebesar Rp. 57.000.000,-
Sumber:
http://heibilon.blogspot.co.id/2013/06/penyusunan-aliran-kas-cash-flow.htmlEKONOMI TEKNIK
By : Unknown
EKONOMI TEKNIK
Ekonomi
teknik (Engineering economy) adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan
aspek-aspek ekonomi dalam teknik yang terdiri dari evaluasi sistematis dari
biaya-biaya dan manfaat-manfaat usulan proyek-proyek teknik. Prinsip-prinsip
dan metodologi ekonomi teknik merupakan bagian integral dari manajemen
sehari-hari dan operasi perusahaan-perusahaan swasta dan koperasi, pengaturan
utilitas publik yang diregulasi, badan-badan atau agen-agen pemerintah dan
organisasi-organisasi nirlaba. Prinsip-prinsip ini dimanfaatkan untuk
menganalisis pengunaan-penggunaan alternatif terhadap sumber daya uang,
khususnya yang berhubungan dengan aset-aset fisik dan operasi suatu organisasi.
RUANG LINGKUP DAN DEFINISI EKONOMI
TEKNIK
Definisi
Ekonomi Teknik : Disiplin ilmu yang berkaitan dengan aspek-aspek ekonomi dalam
teknik yang terdiri dari evaluasi sistematis dari iaya-biaya dan
manfaat-manfaat usulan proyek-proyek teknik. Ekonomi Teknik (Engineering
Economics) mencakup prinsip-prinsip dan berbagai teknis matematis untuk
pengambilan keputusan ekonomis. Dengan teknik-teknik ini, suatu pendekatan yang
rasional untuk mengevaluasi aspek-aspek ekonomis dari alternatif-alternatif
yang berbeda dapat dikembangkan. Secara kasar dapat disebutkan bahwa penggunaan
terbesar ekonomi teknik adalah evaluasi beberapa alternatif untuk menetukan
suatu aktivitas atau investasi paling sedikit memberikan kerugian (Least
Costly) atau yang memberikan keuntungan paling banyak (Most Profitable).
Studi
ekonomi teknik membantu dalam mengambil keputusan optimal untuk menjamin
penggunaan dana (uang) dengan efisien. Studi ekonomi teknik harus diadakan
sebelum setiap uang akan diinvestasikan/dibelanjakan atau sebelum
komitmen-komitemen diadakan. Studi ekonomi teknik dimulai dari sekarang (now).
Kesimpulan-kesimpulannya bergantung pada prediksi kejadian-kejadian (event)
yang akan datang.
Studi-studi
ekonomi teknik membutuhkan waktu untuk perhitungan-perhitungan yang cermat.
Meskipun studi-studi sistematis ini bukan suatu instrumen kecermatan/keseksamaan
(precission), melibatkan banyak faktor, perlu berdasarkan estimasi biaya-biaya
dan pendapatan-pendapatan yang akan menjadi sasaran kesalahan (error),
kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang benar dalam membandingkan
alternatif-alternatif peralatan akan jauh lebih besar dengan estimasi-estimasi
rinci daripada keputusan-keputusan yang akan diambil atas dasar pengalaman atau
intuisi seseorang. Bisnis yang sehat akan mendasarkan pada keputusan-keputusan
yang sudah diperhitungkan dengan cermat. Oleh sebab itu, untuk
keputusan-keputusan manajemen, faktor pengalaman dan pertimbangan saja ada. Tugas-tugas
Ekonomi
Teknik :
·
Menyeimbangkan berbagai tukar rugi
diantara tips-tips biaya dan kinerjanya.
PENGERTIAN PROPSAL TEKNIK DAN HUBUNGAN
DENGAN EKONOMI TEKNIK
Kegiatan
teknik adalah suatu konsep kegiatan manusia yang berorientasi pada proses
perbaikan/perubahan sifat maupun bentuk dari benda-benda alam dalam rangka
mendapatkan manfaat yang lebih baik dari sebelumnya. Bagaimana manusia mengubah
sifat dan fungsi batu-batuan menjadi bangunan, mengubah pasir besi menjadi besi
dan baja, mengubah kayu menjadi mobiler atau menjadi kertas, dan sebagainya,
yang semuanya merupakan hasil perancangan teknik yang dilakukan secara
berkesinambungan.
Suatu
aktifitas teknik akan selalu berawal dengan munculnya ide-ide rancangan teknik
yang ingin diterapkan dalam rangka mengatasi keterbatasan-keterbatasan sumber
daya alam guna memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Manusia ingin mereka bisa
hidup dengan aman dan nyaman tanpa banyak mendapat gangguan lingkungan, maka
dirancang bangunan sedemikian rupa. Manusia ingin dapat bergerak dan berpindah
tempat dari suatu daerah ke daerah lain, maka manusia merancang kendaraan.
Manusia membutuhkan berbagai peralatan untuk dapat meringankan berbagai tugas
pekerjaannya, maka dirancang peralatan untuk tujuan tersebut.
Pada
awalnya para perancang teknik masih lebih banyak menfokuskan rancangannya
tersebut dapat dilaksanakan secara teknis, tanpa begitu memerhatikan aspek
efisiensi pemakaian sumber daya. Hal ini dimungkinkan karena sumber daya yang
dibutuhkan masih relatif banyak (murah). Namun, dengan semakin terbatasnya
sumber daya alam dan semakin mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk
mendapat sumber-sumber daya alam tersebut, semua perancang teknik (engineer)
dituntut untuk dapat menghasilkan rancangan-rancangan yang lebih efektif dan
efisien. Tuntutan tersebut akan lebih nyata lagi jika hasil rancangan tersebut
ditujukan sebagai bagian dari kegiatan ekonomi perusahaan, di mana semakin
tingginya tingkat kompetisi usaha, menuntut setiap pengusaha dapat menghasilkan
produk yang berkualitas baik dengan harga yang kompetitif, artinya setiap
produk yang dibuat harus dikerjakan secara efektif dan efisien.
Dalam
rangka menjamin dihasilkannya produk-produk engineering yang efektif dan
efisien serta kompetitif tersebut, maka proses rancangannya perlu dilakukan
secara baik, sistematis, dan terukur. Adapun prosedur rancangan yang baik dan
sistematis tersebut dapat dijelaskan dengan flow-chart, Diawali dengan
munculnya ide/konsep teknik, mungkin berupa ide baru ataupun penyempurnaan dari
ide atau rancangan yang ada yang mencakup tentang produk ataupun proses
pengerjaan produk. Ide-ide tersebut tentu perlu dilahirkan secara sistematis
dan tertulis melalui penjelasan-penjelasan, gambar-gambar,
spesifikasi-spesifikasi, dan penjelasan teknis lainnya yang disebut dengan
proposal teknis.
Selanjutnya
proposal teknis tersebut perlu dievaluasi kelayakan teknisnya sebelum
dilaksanakan/direalisasikan. Artinya apakah rancangan tersebut memungkinkan
secara teknis untuk direalisasikan, apakah sudah tersedia teknologinya beserta
tenaga ahlinya. Jika belum memungkinkan, ada baiknya rancangan tersebut
diperbaiki kembali atau dihentikan saja. Jika secara teknologi dan teknis tidak
ada masalah/layak, dilanjutkan dengan penyusunan proposal ekonomis untuk
mengetahui seberapa besar biaya yang diperlukan untuk merealisasikan rancangan
tersebut, apakah rancangan tersebut sudah ekonomis atau belum serta dari mana sumber-sumber
dana yang diperlukan akan diperoleh, seberapa besar beban untuk memperoleh
sumber-sumber biaya tersebut dan sebagainya. Kalau rancangan ini bertujuan
sebagai kegiatan usaha bisnis, tentu perlu dikaitkan dengan seberapa kompetitif
produk tersebut dengan produk pesaingnya sehingga rancangan ini menjadi layak
direalisasikan.
Jika
proposal ekonomis tidak layak, kemungkinan proposal diperbaiki kembali atau
dihentikan saja. Namun, jika proposal ekonomis terbukti layak, barulah rencana
teknik tersebut dapat dilaksanakan/direalisasikan. Untuk melakukan evaluasi
ekonomis terhadap rancangan teknik di atas dibutuhkan pengetahuan pendukung
ekonomi teknik (Economic Engineering). Oleh karena itu, Ekonomi Teknik adalah
suatu ilmu pengetahuan yang berorientasi pada pengungkapan dan perhitungan
nilai-nilai ekonomis yang terkandung dalam suatu rencana kegiatan teknik
(engineering).
Karena
penerapan kegiatan teknik pada umumnya memerlukan investasi yang relatif besar
dan berdampak jangka panjang terhadap aktivitas pengikutnya, penerapan
aktivitas teknik tersebut menuntut adanya keputusan-keputusan strategis yang
memerlukan pertimbangan-pertimbangan teknik maupun ekonomis yang baik dan
rasional. Oleh karena itu, Ilmu Ekonomi Teknik sering juga dianggap sebagai
sarana pendukung keputusan (Decision Making Support).
Keputusan yang baik dan rasional pada
dasarnya memerlukan prosedur dan proses yang sistematis serta terukur dengan
tahapan proses sebagai berikut :
·
Mengidentifikasi atau memahami persoalan
dengan baik
·
Merumuskan tujuan penyelesaian masalah
·
Mengumpulkan data-data yang relevan
·
Klarifikasi, klasifikasi, dan validasi
kebenaran data yang terkumpul
·
Identifikasi alternatif pemecahan
masalah yang mungkin
·
Menetapkan kriteria pengukuran
alternatif
·
Menyusun atau menyiapkan model keputusan
·
Melakukan evaluasi dan analisis terhadap
semua alternatif yang disediakan
·
Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan
·
Menerapkan keputusan yang telah diambil
Dalam menyiapkan alternatif perlu
diperhatikan persyaratan berikut :
·
Jumlah alternatif yang ideal 2-10
alternatif, jika alternatif banyak perlu dilakukan seleksi bertingkat
·
Memenuhi sifat mutually exclusive (tidak
ada alternatif yang tumpang tindih)
·
Memenuhi sifat axhausive (semua
kemungkinan alternatif yang tersedia telah terwakili)
PENGERTIAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan
keputusan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi individu maupun
organisasi. Mengambil keputusan kadang-kadang mudah tetapi lebih sering sulit
sekali. Kemudahan atau kesulitan mengambil keputusan tergantung pada banyaknya
alternatif yang tersedia. Semakin banyak alternatif yang tersedia, kita akan
semakin sulit dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil memiliki tinkat
yang berbeda-beda. Ada keputusan yang tidak terlalu berpengaruh terhadap
organisasi, tetapi ada keputusan yang dapat menentukan kelangsungan hidup
organisasi. Oleh karena itu, hendaknya mengambil keputusan dengan hati-hati dan
bijaksana.
Keputusan
adalah sesuatu pilihan yang diambil diantara satu atau lebih pilihan yang
tersedia.pengambilan keputusan harus dilandasi oleh prosedur dan teknik serta
didukung oleh informasi yang tepat (accurate), benar(reliable) dan tepat waktu
(timeliness). Ada beberapa landasan yang digunakan dalam pengambilan keputusan
yang sangat bergantung dari permasalahan itu sendiri. Menurut George R.Terry
dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang
dapat digunakan yaitu :
1. Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan
atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena
pengaruh. pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa
keuntungan dan kelemahan.
Keuntungan :
a. waktu yang digunakan untuk mengambil
keputusan relatif lebih pendek
b. untuk masalah yang pengaruhnya
terbatas, pengambilan keputusan ini akan memberikan kepuasan pada umumnya
c. kemampuan mengambil keputusan dari
pengambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan
baik.
Kelemahan:
a. Keputusan yang dihasilkan relatif
kurang baik.
b. Sulit mencari alat pembandingnya,
sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.
c. Dasar-dasar lain dalam pengambilan
keputusan seringkali diabaikan.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan
pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman
seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung
ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak
pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa
yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta
dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka
tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga
orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang
dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan
wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang
lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan
kekurangan.
TAHAPAN TAHAPAN DALAM PROSES PENGAMBILAN
KEPUTUSAN, TERUTAMA DALAM BIDANG ENGINEERING
Banyak
jenis keputusan yang berbeda harus dibuat dalam organisasi. Seperti bagaimana
membuat suatu produk, bagaimana memelihara mesin, bagaimana menjamin kualitas
produk dan bagaimana membentuk hubungan yang saling menguntungkan dengan
pelanggan. keputusan yang berbeda ini, beberapa tipe dasar pemikiran harus
dikembangkan untuk menetapkan siapa saja yang memiliki tanggung jawab untuk
membuat keputusan dalam organisasi.
Pemikiran tersebut didasarkan pada dua
faktor berikut :
1. Sejauh mana keputusan yang diambil
akan mempengaruhi pihak lain.
2. Tingkat manajemen.
Keputusan
yang diambil mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap organisasi secara
umum, tetapi bisa saja sebaliknya. Semakin banyak pengaruh keputusan yang
diambil terhadap organisasi tersebut, semakin vital keputusan tersebut.
Tingkatan pada manajemen menuntuk pada manajemen tingkat bawah, menengah, dan
atas. Dasar pemikiran untuk menentukan siapa yang akan mengambil keputusan
adalah semakin besar pengaruh keputusan yang diambil terhadap organisasi (yang
artinya semakin vital keputusan tersebut) maka semakin tinggi tingkatan manajer
yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan tersebut.
Walaupun
seseorang wirausahawan memiliki tanggung jawab dalam pembuatan keputusan
tertentu, tidak berarti ketika mengambil keputusan tidak membutuhkan bantuan
orang lain, terutama anggota organisasinya. Ada sebuah cara yang disebut
“konsensus” yang biasa digunakan wirausahawan untuk mendorong anggota
organisasi terlibat dalam pengambilan keputusan tertentu. Konsensus adalah
persetujuan dalam pengambilan keputusan oleh semua individu yang terlibat
didalamnya. Konsensus biasanya terjadi setelah pertimbangan dan pembahasan
mendalam yang lama oleh anggota-anggota dari kelompok yang mengambil keputusan.
Keputusan melalui konsensus memiliki kelebihan dan kekurangan.
• Kelebihannya : Seorang wirausaha dapat
lebih memanfaatkan perhatian pada konsep, sementara anggota organisasi lainnya
mengembangkan konsep dasar tersebut menjadi sebuah keputusan konkrit dan dapat
diambil.
• Kekurangannya : terlalu banyak orang
yang dilibatkan, amak pengambilan keputusan memakan waktu yang relatif lama dan
biayanya yang relatif mahal.
Kriteria pengambilan Keputusan
Menurut
konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman perilaku para
pembuat keputusan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu:
1. Nilai-nilai Politik
Pembuat
keputusan mungkin melakukan penilaian atas altematif kebijaksanaan yang
dipilihnya dari sudut pentingnya altematif-altematil itu bagi partai politiknya
atau bagi kelompok-kelompok klien dari badan atau organisasi yang dipimpinnya.
Keputusan-keputusan yang lahir dari tangan para pembuat keputusan seperti ini
bukan mustahil dibuat demi keuntungan politik’ dan kebijaksanaan dengan
demikian akan dilihat sebagai instrumen untuk memperluas pengaruh-pengaruh
politik atau untuk mencapai tujuan dan kepentingan dari partai politik atau
tujuan dari kelompok kepentingan yang bersangkutan.
2. Nilai-nilai organisasi
Para
pembuat kepurusan, khususnya birokrat (sipil atau militer), mungkin dalam
mengambil keputusan dipengaruhi oleh nilai-nilai organisasi di mana ia terlibat
di dalamnya’ Organisasi, semisal badan-badan administrasi, menggunakan berbagai
bentuk ganjaran dan sanksi dalam usahanya untuk memaksa para anggotanya menerima,
dan bertindak sejalan dengan nilai-nilai yang telah digariskan oleh organisasi.
Sepanjang nilai-nilai semacam itu ada, orang-orang yang bertindak selaku
pengambil keputusan dalam organisasi itu kemungkinan akan dipedomani oleh
pertimbangan-pertimbangan semacam itu sebagai perwujudan dari hasrat untuk
melihat organisasinya tetap lestari, unuk tetap maju atau untuk memperlancar
program-program dan kegiatan-kegiatannya atau atau untuk mempertahankan
kekuasaan dan hak-hak istimewa yang selama ini dinikmati.
3. Nilai-nitai Pribadi
Hasrat
untuk melindungi atau memenuhi kesejateraan atau kebutuhan fisik atau kebutuhan
finansial’ reputasi diri, atau posisi historis kemungkinan juga digunakan- oleh
para pembuat teputusan sebagai kriteria dalam pengambilan keputusan.
Para
politisi yang menerima uang sogok untuk membuat kepurusan tertentu yang
menguntungkan si pemberi uang sogok, misalnya sebagai hadiah pemberian
perizinan atau penandatanganan kontrak pembangunan proyek tertentu, jelas
mempunyai kepentingan pribadi dalam benaknya. Seorang presiden yang mengatakan
di depan para wartawan bahwa ia akan menggebut siapa saja yang bertindak
inkonstirusional, jelas juga dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan
pribadinya’misalnya agar ia mendapat tempat terhormat dalam sejarah bangsa
sebagai seseorang yang konsisten dan nasionalis.
4. Nilai-nilai Kebijaksanaan
Dari
perbincangan di atas, satu hal hendaklah dicamkan, yakni janganlah kita
mempunyai anggapan yang sinis dan kemudian menarik kesimpulan bahwa para pengambil
keputusan politik inr semata-mata hanyalah dipengaruhi oleh
pertimbangan-penimbangan demi keuntungan politik, organisasi atau pribadi.
Sebab, para pembuat keputusan mungkin pula bertindak berdasarkan atas penepsi
mereka terhadap kepentingan umum atau keyakinan tertentu mengenai kebijaksanaan
negara apa yang sekiranya secara moral tepat dan benar. Seorang wakil rakyat
yang mempejuangkan undang-undang hak kebebasan sipil mungkin akan bertindak
sejalan dengan itu karena ia yakin bahwa tindakan itulah yang secara moral
benar, dan bahwa persamaan hak-hak sipil itu memang merupakan tujuan
kebijaksanaan negara yang diinginkan, tanpa mempedulikan bahwa perjuangan itu
mungkin akan menyebabkannya mengalami resiko-resiko politik yang fatal.
5. Nilai-nilai Ideologis
Ideologi
pada hakikatnya merupakan serangkaian nilai-nilai dan keyakinan yang secara
logis saling berkaitan yang mencerminkan gambaran sederhana mengenai dunia
serta berfungsi sebagai pedoman benindak bagi masyarakat yang meyakininya. Di
berbagai negara sedang berkembang di kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah
nasionalisme yang mencerminkan hasrat dari orang-orang atau bangsa yang
bersangkutan untuk merdeka dan menentukan nasibnya sendiri — telah memberikan
peran penting dalam mewamai kebijaksanaan luar negeri maupun dalam negeri
mereka. Pada masa gerakan nasional menuju kemerdekaan, nasionalisme telah
berfungsi sebagai minyak bakar yang mengobarkan semangat perjuangan
bangsa-bangsa di negara-negara sedang berkembang melawan kekuatan kolonial.
Di
Indonesia, ideologi Pancasila setidaknya bila dilihat dari sudut perilaku
politik regim, telah berfungsi sebagai resep untuk melaksanakan perubahan
sosial dan ekonomi. Bahkan ideologi ini kerapkali juga dipergunakan sebagai
instrumen pengukur legitimasi bagi partisipasi politik atau partisipasi dalam
kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat
(Abdul Wahab, Solichin, 1987).
ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Teori Rasional Komprehensif
Teori
pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang banyak diterima
oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari
teori ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
·
Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu
masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya
dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain.
·
Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran
yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangkingnya
sesuai dengan urutan kePentingannya
·
Berbagai altenatif untuk memecahkan
masalah tersebut diteliti secara saksama.
·
Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang
ditmbulkan oleh setiap altenatif Yang diPilih diteliti.
·
Setiap alternatif dan masing-masing
akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif
lainnya.
·
Pembuat keputusan akan memilih
alternatif’ dan akibat-akibatnya’ yang dapat memaksimasi tercapainya tujuan,
nilai atau Sasaran yang telah digariskan.
Teori
rasional komprehensif banyak mendapatkan kritik dan kritik yang paling tajam
berasal dari seorang ahli Ekonomi dan Matematika Charles Lindblom (1965 , 1964′
1959)’ Lindblom secara tegas menyatakan bahwa para pembuat keputusan itu
sebenarya tidaklah berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit dan terumuskan
dengan jelas.
Lebih
lanjut, pembuat keputusan kemungkinan juga sulit untuk memilah-milah secara
tegas antara nilai-nilainya sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini
masyarakat. Asumsi penganjur model rasionar bahwa antara fakta-fakta dan
nilai-nilai dapat dengan mudah dibedakan, bahkan dipisahkan, tidak pemah
terbukti dalam kenyataan sehari-hari. Akhirnya, masih ada masalah’ yang disebut
,,sunk_cost,,. Keputusan_-keputusan, kesepakatan-kesepakatan dan investasi
terdahulu dalam kebijaksanaan dan program-program yang ada sekarang kemungkinan
akan mencegah pembuat keputusan untuk membuat keputusan yang berbeda sama
sekali dari yang sudah ada.
Untuk
konteks negara-negara sedang berkembang, menurut R’s. Milne (1972), model
irasionar komprehensif ini jelas tidak akan muduh diterapkan. Sebabnya ialah:
informasi/data statistik tidak memadai ; tidak memadainya perangkat teori yang
siap pakai untuk kondisi- kondisi negara sedang berkembang ; ekologi budaya di
mana sistem pembuatan keputusan itu beroperasi juga tidak mendukung birokrasi
di negara sedang-berkembang umumnya dikenal amat lemah dan tidak sanggup
memasok unsur-unsur rasionar dalam pengambilan keputusan.
2. Teori Inkremental
Teori
inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan
keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti
daram teori rasional komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori
yang lebih banyak menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat
pemerintah dalam mengambil kepurusan sehari-hari. Pokok-pokok teori inkremental
ini dapat diuraikan sebagai berikut:
·
Pemilihan tujuan atau sasaran dan
analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk mencapainya dipandang sebagai
sesuatu hal yang saling terkait daripada sebagai sesuatu hal yang saling
terpisah.
·
Pembuat keputusan dianggap hanya
mempertimbangkan beberapa altematif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah
dan altematif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau
marginal bila dibandingkan dengan kebijaksanaan yang ada sekarang.
·
Bagi tiap altematif hanya sejumlah kecil
akibat-akibat yang mendasar saja yang akan dievaluasi.
·
Masalah yang dihadapi oleh pembuat
keputusan akan didedifinisikan secara terarur. Pandangan inkrementalisme
memberikan kemungkin untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana
serta sarana dan tujuan sehingga menjadikan dampak dari masalah itu lebih dapat
ditanggulangi.
·
Bahwa tidak ada keputusan atau cara
pemecahan yang tepat bagi tiap masalah. Batu uji bagi keputusan yang baik
terletak pada keyakinan bahwa berbagai analisis pada akhirnya akan sepakat pada
keputusan tertentu meskipun tanpa menyepakati bahwa keputusan itu adalah yang
paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
·
Pembuatan keputusan yang inkremental
pada hakikatnya bersifat perbaikan-perbaikan kecil dan hal ini lebih diarahkan
untuk memperbaiki ketidaksempunaan dari upaya-upaya konkrit dalam mengatasi
masalahsosial yang ada sekarang daripada sebagai upaya untuk menyodorkan
tujuan-tujuan sosial yang sama sekali baru di masa yang akan datang.
Keputusan-keputusan
dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pada hakikatnya merupakan produk dari saling
memberi dan menerima dan saling percaya di antara pelbagai pihak yang terlibat dalam
proses keputusan tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya majemuk paham
lnkremental ini secara politis lebih aman karena akan lebih gampang untuk
mencapai kesepakatan apabila masalah-masalah yang diperdebatkan oleh berbagai
kelompok yang terlibat hanyalah bersifat upaya untuk memodifikasi terhadap
program-program yang sudah ada daripada jika hal tersebut menyangkut isu-isu
kebijaksanaan mengenai perubahan-perubahan yang radikal yang memiliki sifat ”
ambil semua atau tidak sama sekali.
Karena
para pembuat keputusan itu berada dalam keadaan yang serba tidak pasti
khususnya yang menyangkut akibat-akibat dari tindakan-tindakan mereka di masa
datang, maka keputusan yang bersifat inkremental ini akan dapat mengurangi
resiko dan biaya yang ditimbulkan oleh suasana ketidakpastian itu Paham
inkremental ini juga cukup rcalistis karena ia menyadari bahwa para pembuat
keputusan sebenamya kurang waktu, kurang pengalaman dan kurang sumber-sumber
lain yang diperlukan untuk melakukan analisis yang komprehensif terhadap semua
altematif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada
3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed
Scanning Theory)
Penganjur
teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni setuju
terhadap kritik-kritik para teoritisi inkremental yang diarahkan pada teori
rasional komprehensif, akan tetapi ia juga menunjukkan adanya beberapa
kelemahan yang terdapat pada teori inkremental. Misalnya, keputusan-keputusan
yang dibuat oleh pembuat keputusan penganut model inkremental akan lebih
mewakili atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang
kuat dan mapan serta kelompok-kelompok yang mampu mengorganisasikan
kepentingannya dalam masyarakat, sementara itu kepentingan-kepentingan dari
kelompok-kelompok yang lemah dan yang secara politis tidak mampu
mengorganisasikan kepentingannya praktis akan terabaikan.
Lebih
lanjut dengan memusatkan perhatiannya pada kepentingan/tujuan jangka pendek dan
hanya berusaha untuk memperhatikan variasi yang terbatas dalam
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada sekarang, maka model inkremental cenderung
mengabaikan peluang bagi perlunya pembaruan sosial (social inovation) yang
mendasar.
Oleh
karena itu, menurut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam pembuatan
keputusan cenderung menghasilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo,
sehingga merintangi upaya menyempurnakan proses pembuatan keputusan itu
sendiri. Bagi sarjana seperti Dror– yang pada dasamya merupakan salah seorang
penganjur teori rasional yang terkemuka — model inkremental ini justru
dianggapnya merupakan strategi yang tidak cocok untuk diterapkan di
negara-negara sedang berkembang, sebab di negara-negara ini perubahan yang
kecil-kecilan (inkremental) tidaklah memadai guna tercapainya hasil berupa
perbaikan-perbaikan besar-besaran.
Model
pengamatan terpadu juga memperhitungkan tingkat kemampuan para pembuat
keputusan yang berbeda-beda. Secara umum dapat dikatakan, bahwa semakin besar
kemampuan para pembuat keputusan untuk memobilisasikan kekuasaannya guna
mengimplementasikan keputusan-keputusan mereka, semakin besar keperluannya
untuk melakukan scanning dan semakin menyeluruh scanning itu, semakin efektif
pengambilan keputusan ‘tersebul Dengan demikian, moder pengamatan terpadu ini
pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan
model rasional komprehensif dan moder inkremental dalam proses pengambilan
keputusan.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Proses
pengambilan keputusan didefinisikan sebagai langkah yang diambil oleh pembuat
keputusan untuk memilih alternatif yang tersedia. Adapun langkah sistematis
yang harus dilakukan dalam proses pengambilan keputusan adalah sebgai berikut :
·
Mengidentifikasi atau mengenali masalah
yang dihadapi
·
Mencari alternatif perusahaan bagi
masalah yang dihadapi
·
Memilih alternatif yang paling efisien
dan efektif untuk memecahkan masalah
·
Melaksanakan alternatif tersebut
·
Mengevaluasi apakah alternatif yang
dilaksanakan berhasil dan sesuai dengan yang diharapkan.
Berikut ini merupakan penjabaran proses
pengambilan keputusan.
Langkah proses pengambilan keputusan ada
5, yaitu identifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan, pelaksanaan
alternatif, dan evaluasi:
1. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan pada dasarnya
adalah proses pemecahan masalah yang menghalangi atau menghambat tercapainya
tujuan. Agar masalah dapat dipecahkan, terlebih dahulu harus dikenali apa
masalahnya.
2. Mencari alternatif pemecahan
Setelah masalh dikenali maka dapat
dilakukan pencarian terhadap alternatif-alrternatif yang mungkin dapat
memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam mencari alternatif hendaknya tidak
mamikirkan masalah efisiensi dan efektifitas. Ynag terpenting adalah
mengumpulkan sebanyak-banyaknya alternatif. Setelah alternatif terkumpul,
barulah disusun berurutan dari yang paling diinginkan sampai yang tidak
diinginkan.
3. Memilih alternatif
Setelah alternatif tersusun, barulah
dapat dilakukan pilihan alternatif yang dapat memberikan manfaat, dalam arti
dapat memecahkan masalah dengan cara yang paling efektif dan efisien. Sebelum
menjatuhkan pilihan pada sebuah alternatif, ajukan pertanyaan untuk tiap-tiap
alternatif.
4. Pelaksanaan alternatif
Setelah alternatif dipilih, tibalah
saatnya melaksanakannya ke dalam bentuk tindakan. pelaksanaan harus sesuai
denga rencana, agar tujuan memecahkan masalh dapat tercapai.
5. Evaluasi
Setelah alternatif dilaksanakan, bukan
berarti proses pengambilan keputusan telah selesai. Pelaksanaan alternatif
harus terus diamati, apakah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Bila
langkah-langkah pelaksanaan telah dilakukan dengan benar tetapi hasil yang
dicapai tidak maksimal, sudah waktunya untuk mempertimbangkan kembali pemilihan
alternatif lainnya. Tidak maksimalnya hasil yang dicapai mungkin terjadi karena
pengaruh negatif potensial benar-benar terjadi, atau mungkin pengaruh negatif
yang tadinya tidak diperkirakan.
langkah-langkah dalam proses pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
1. Proses identifikasi atau perumusan
persoalan keputusan. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Penggunaan seven tools dalam manajemen biasanya dapat membantu proses
identifikasi ini.
2. Penetapan parameter dan variabel yang
merupakan bagian dari sebuah persoalan keputusan. Biasanya pemecahan masalah
yang menggunakan model matematika sangat memerlukan adanya variabel yang
terukur.
3. Penetapan alternatif-alternatif
pemecahan persoalan. Alternatif pemecahan masalah didapatkan dari analisis
pemecahaan masalah.
4. Penetapan kriteria pemilihan
alternatif untuk mendapatkan alternatif yang terbaik. Biasanya kriteria
pemilihan ini didasarkan pada pay off atau hasil dari keputusan.
5. Pelaksanaan keputusan dan evaluasi
hasilnya. Tahap ini disebut tahap implementasi, dimana alternatif solusi yang
terpilih akan diterapkan dalam jangka waktu tertentu dan setelah itu akan
dievaluasi hasilnya berdasarkan peningkatan atau penurunan pay off atau hasil.
PROSES PEMECAHAN MASALAH
Dalam
pengabilan keputusan adalah mengenali masalah yang ada. Suatu masalah timbul
apabila ada perbedaan antara keinginan yang di tetapkan dengan keadaan yang
sesungguhnya terjadi. Adanya perbedaan ini tidak menjamin bahwa seseorabg akan
langsung membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah. Pertama, yang harus
kita lakukan yaitu mengetahui adanya perbedaan. Kita harus mengetahui adanya
masalah sebelum mulai mencari pemecahan masalah. Kedua, menyadari adanya
perbedaan antara keinginana yana di tetapkan dan kenyataan yang sesungguhnya
tidaklah cukup untuk memulai pengambilan keputusan. Kita harus termotivsi
untunk mengurangi perbedaan tersebut. Ketiga, selain hal-hal tersebut kita juga
harus memiliki peengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan sumbe-sumber daya
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Masalah
ekonomi teknik memang bertujuan untuk membahas tentang jalan keluar atau solusi
bagi ilmu ekonomi ketika akan menghadapi berbagai masalah yang berhubungan
dengan ekonomi teknik. Masalah ekonomi yang terjadi di masyarakat sangat
banyak, dari mikro sampai yang makro. Secara singkat masalah ekonomi dapat
dirumuskan dalam tiga pertanyaan penting yaitu:
1. Barang apa yang akan diproduksi
(What)
Dalam
pertanyaan ini mengandung arti bahwa ilmu ekonomi harus bisa menjawab barang
apa saja yang perlu diproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Biasanya
prioritas pada barang kebutuhan pokok masyarakat kemudian ke tingkat kebuhan
yang lebih tinggi yaitu kebutuhan sekunder dan tersier. Jangan sampai barang
yang dibuat tidak dapat memenuhi kebutuhan, kalau ini bisa terjadi bisa
menimbulkan hal-hal negatif, yaitu: inflasi dan kalau dalam bidang pangan bisa
menyebabkan kelaparan atau kurang gizi.
2. Bagaimana barang diproduksi (Who)
Pertanyaan
ini berkaitan dengan strategi-strategi yang harus dibuat oleh produsen dalam
membuat barang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Strategi ini dibuat untuk bisa
produksi yang dihasilkan dengan efisien serta memanfaatkan sumber daya yang
ada. Sumber daya itu terdiri dari 4 faktor produksi yang terdiri atas sumber
daya alam, tenaga kerja, modal dan wirausaha. Efisiensi produksi dapat
menciptakan hasil produksi yang lebih bagus dan lebih murah.
3. Untuk siapa barang dibuat (For Whom)
Barang
dan jasa yang diproduksi juga harus memperhatikan komposisi konsumen yang akan
dituju, misalnya produksi pakaian bayi, maka produksinya harus memperhitungkan
bayi ada didaerah sekitar. Hal ini penting karena supaya produksi dapat lebih
bermanfaat bagi masyarakat tanpa harus terjadi kekurangan atau kelabihan
produksi.
CONTOH EKONOMI TEKNIK DI BIDANG TEKNIK
ELEKTRO
Di
setiap rumah menggunakan listrik sebagai sumber utama alat alat teknik elektronik
juga menjadi simbol kemapanan hidup seseorang. Para tenaga kerja teknik elektro
juga diuntungkan oleh penggunaan listrik ini. Sebab jika ada kerusakan pada
alat listrik mereka, tenaga mereka akan sangat dibutuhkan sehingga meningkatkan
penghasilan para pekerja teknik elektro.
Suatu
komponen dengan biaya material 40 sen per unit dan biaya tenaga kerja 15 sen
per unit. Untuk itu dibutuhkan investasi peralatan senilai $500.000. Order
diperoleh sebanyak 3 juta unit. Setelah mencapai setengah jumlah order, ada
sebuah metode manufaktur baru yang dapat mengurangi biaya material sehingga
menjadi 34 sen per unit dan biaya tenaga kerja menjadi 10 sen per unit, namun
dibutuhkan tambahan peralatan senilai $100.000. Jika semua biaya peralatan
habis selama proses produksi, dan terdapat biaya lain senilai 250% biaya tenaga
kerja, apakah pergantian cara itu akan menghasilkan tambahan laba?
Alternatif A
Biaya material 1.500.000 unit * 0,4 =
600.000
Biaya TK 1.500.000 unit * 0.15 = 225.000
Biaya lain 2.5 * biaya TK = 562.000
Biaya Total = 1.387.500
Alternatif B
Biaya peralata = 100.000
Biaya material 1.500.000 unit * 0,34 =
510.000
Biaya TK 1.500.000 unit * 0.10 = 150.000
Biaya lain 2.5 * biaya TK = 375.000
Biaya Total = 1.135.000
Referensi :